Social business (bisnis sosial) berasal dari kata "sosial" dan "bisnis", yang berarti bahwa bisnis sosial tidak bisa berjalan murni non profit dan sebaliknya, full profit. Bisnis sosial berjalan berbarengan. Di satu sisi, bisnis jalan dan memiliki arus kas yang positif dan berkembang, di sisi lain ada kebermanfaatan yang bisa diperoleh di daerah atau masyarakat tempat bisnis sosial itu dijalankan.
Membangun sebuah bisnis, perencanaan bisnis (business plan) sangat dibutuhkan. Pada prosesnya, mungkin business plan itu tidak akan dibuka lagi. Namun pada awal proses, untuk membangun start up, ini akan sangat membantu. Dalam konteks ini, business plan berperan sebagai alurnya, mengingatkan pendirinya kepada visi dan tujuan awal. Karena tidak jarang, seseorang atau sebuah kelompok berbelok arah di tengah proses mendirikan bisnis akibat terlalu banyak mendengarkan "kata-kata orang".
Business Model Canvas (BMC) termasuk salah satu jenis business plan. Namun ia lebih ringkas pada penulisannya dan lebih kontekstual. Penulisan BMC berangkat dari fakta-fakta dari riset lapangan atau pasar secara langsung.
"We believe that passionate people with BIG dream can change the world for the better".
Who WOWs you?
Dalam berbisnis, faktor "WOW" perlu diprioritaskan. Fenomena kini kebanyakan pebisnis mendirikan usaha hanya berdasarkan pada passion dia saja, tanpa memedulikan pasar (market). Padahal, sebagus apapun produk, tanpa adanya penjualan tidak ada artinya.
Maka dari itu, hal utama yang perlu diperhatikan dalam membangun sebuah produk/jasa, yaitu nilai (value) yang ditawarkan untuk konsumer. Because its all about the costumer and its not only about you. Utamakan nilai, kualitas, dan layanan prima dalam bisnis, serta melibatkan konsumer dalam prosesnya adalah kunci majunya sebuah (social) entrepreneur.
--------
Materi ini disampaikan oleh @PaulinaPungky, CEO @DreamLabID dalam National Social Business Camp (@nsbc), pada Rabu, 5 November 2014 di Rumah Perubahan Rhenald Kasali.