Social-entrepreneur (sociopreneur) atau pelaku wirausaha sosial adalah orang-orang yang melihat dunia secara berbeda. Social-entrepreneurs melihat tantangan sebagai kesempatan dan melihat masalah sebagai potensi/peluang. Social-entrepreneur berbeda dari entrepreneurs biasa, karena mereka adalah pengusaha yang memiliki kepekaan sosial yang sangat kuat. Bagi sociopreneur, punya perusahaan gede dan hidup sejahtera bahkan tidak cukup setengah jalan untuk bisa menciptakan perubahan sosial.
Tidak semua wirausaha sosial dimulai oleh social-entrepreneur dan tidak semua social-entrepreneur memulai bisnis dengan wirausaha sosial. Social-entrepreneurs is someone who works in an entrepreneurial manner, but for public/social benefit, rather than simply to make money (Ashton, 2010). Yap, jelas, bagi social-entrepreneur profit tidak jauh lebih penting daripada manfaat yang dapat diberikan kepada lingkungan/masyarakat.
So what makes a social-entreprenur? Sociopreneur dibentuk oleh kekayaan pengalaman pribadi dan langkahnya digerakkan oleh semangat keadilan atau kesejahteraan sosial.
Orang yang menjadi sociopreneur karena pilihannya sendiri akan memilki sikap dan dorongan sosial yang kuat. Berbeda dengan orang yang menjadi social-entrepreneurs karena keterpaksaan atau kondisi yang mengharuskan. Misalnya karena kebijakan perusahaan yang menempatkan seorang pegawai pada bagian Company Social Responsibility (CSR). Padahal sebelumnya orang tersebut tidak memiliki pengalaman sama sekali, terlebih passion dibagian itu. Namun karena ditunjuk oleh atasan, ya maka mau tidak mau harus jalan. Lain halnya dengan seseorang yang dengan sengaja menghibahkan dirinya, menjadikan sociopreneur sebagai profesi dan jalan untuk masa depannya. Bekerja sambil menebar manfaat.
Jadi kebayangkan gimana rasanya punya pasangan Social-entrepreneurs? Sama masyarakat dan lingkungan saja peduli, apalagi sama pasangannya seorang.
0 komentar:
Post a Comment
Monggo :D